Direktur Fanshur Institute Mengikuti Kegiatan Ekspedisi Sungai Singkil 2025
Subulussalam 16 November 2025
Direktur Fanshur Institute, Ramli M.Ag, mengikuti Ekspedisi Sungai Singkil, sebuah kegiatan yang bertujuan menelusuri jejak sejarah Singkil sekaligus merevitalisasi fungsi sungai serta memperkuat kegiatan kebudayaan setempat. Ekspedisi yang berlangsung pada 12–15 November 2025 ini diikuti oleh sekitar seratus peserta yang terdiri dari pegiat media sosial, tokoh masyarakat, pegiat lingkungan, perwakilan pemerintah, dan kalangan akademisi.
Kegiatan dimulai pada 12 November 2025 dengan kunjungan ke Pulau Panjang, salah satu dari empat pulau terluar di Kabupaten Aceh Singkil yang pernah masuk dalam wilayah administratif Sumatera Utara. Kunjungan berlangsung hingga sore hari sebelum para peserta diterima oleh Bupati Aceh Singkil, Hj. Syafriadi Oyon, pada malam harinya. Acara penyambutan turut dimeriahkan oleh penampilan tari daerah seperti tari Dampeng, tari Mekhalas, dan tari Ambek-ambekan.
Pada 13 November 2025, rombongan bergerak menuju Desa Teluk Rumbia untuk menyaksikan kerajinan anyaman masyarakat setempat. Dari desa tersebut, peserta memulai perjalanan menyusuri Sungai Singkil menggunakan dua perahu bot. Pelepasan peserta dilakukan oleh Wakil Bupati Aceh Singkil, Hamzah Sulaiman, S.H., dan diiringi atraksi Gegunungan dan Kajang.
Setelah menempuh perjalanan sekitar enam jam, rombongan tiba di Desa Lentong, Kecamatan Kuta Baharu, dan disambut dengan tari Dampeng. Peserta kemudian melanjutkan perjalanan ke Danau Bungara sebelum beristirahat di rumah warga. Pada malam harinya, pukul 20.30 WIB, peserta mengikuti Seminar Dampeng di Desa Danau Bungaran yang menghadirkan dua pegiat budaya Singkel, Amrul Badri dan Rafliansyah, dengan moderator Suhardin Djalal. Dalam seminar tersebut turut dipamerkan berbagai peninggalan Kerajaan Kuta Baharu berupa senjata, koin, perhiasan, dan cap kerajaan yang masih terawat baik.
Pada cap tersebut tertulis, “Inilah cap daripada Imam Sepang, diberikannya kepada Haji Abdurrahman Angku Kutabaharu.” Sementara koin-koin yang dipamerkan di antaranya bertuliskan nominal “sepuluh perseratus rupiah” dan “empat puluh perseratus rupiah”.
Pada pagi 14 November 2025, ekspedisi dilanjutkan menuju Desa Longkip, Kecamatan Longkip, Kota Subulussalam. Di lokasi ini peserta disuguhkan atraksi Dampeng dan kesenian silat daerah, serta diperlihatkan benda-benda peninggalan Raja Longkip oleh ahli waris kerajaan. Hidangan khas daerah seperti lompong dan godekh berbahan dasar sagu turut disajikan kepada peserta.
Usai salat Jumat, rombongan melanjutkan perjalanan ke Kampung Oboh, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam, dan kembali disambut dengan pertunjukan Dampeng oleh perangkat desa. Di kampung tersebut, para peserta melakukan ziarah ke Makam Syekh Hamzah Fansuri.
Ziarah ke makam ulama besar tersebut menjadi salah satu momen penting dalam ekspedisi, karena Syekh Hamzah Fansuri merupakan tokoh sentral dalam sejarah intelektual dan spiritual Aceh. Para peserta mendapatkan penjelasan mengenai riwayat, peran, dan pengaruh pemikiran Syekh Hamzah dalam perkembangan tasawuf di Nusantara.
Kegiatan kemudian ditutup pada malam harinya dengan refleksi bersama di Pendopo Walikota Subulusalam. Dalam sesi penutup ini, perwakilan menyampaikan pandangan mengenai pentingnya pelestarian budaya lokal, dokumentasi sejarah, serta penguatan ekosistem sungai sebagai bagian dari identitas dan kehidupan masyarakat Singkil–Subulussalam. Direktur Fanshur Institute, Ramli M.Ag, menegaskan bahwa ekspedisi ini memberikan wawasan berharga tentang keterhubungan antara sejarah, budaya, dan lingkungan, serta membuka ruang kolaborasi lintas komunitas untuk pelestarian warisan budaya kawasan tersebut.
Dengan berakhirnya rangkaian kegiatan ini, Ekspedisi Sungai Singkil 2025 diharapkan menjadi model gerakan kebudayaan yang mampu memperkuat kesadaran sejarah, merawat tradisi, dan mendorong pemanfaatan sungai sebagai ruang hidup dan pengetahuan bagi generasi mendatang.