
Direktur Fanshur Institute Ramli M.Ag dan Tim ISRAC Subulussalam
Direktur Fanshur Institute, Ramli M.Ag melaksanakan perjalanan muhibah ke Situs-situs Barus Raya pada 27 dan 28 Januari 2025. Perjalanan tersebut dimulai dari Kota Subulussalam, menuju Lipat Kajang Singkil dan hingga sampai ke Barus, Sibolga dan terakhir ke Museum Fansuri Situs Bongal Tapanuli Tengah. Ramli M.Ag bersama tim ISRAC melakukan ziarah akademik sekaligus mencari manuskrip di sepanjang jejak-jejak peradaban Islam Barus Raya. Tim ISRAC terdiri dari Dr Musriaparto MM, Zulfikar Riza Hariz Pohan MA dan Khaidir S.Pd kemudian ditemani oleh Ramli M.Ag dan Ismail Angkat M.IP mengunjungi berbagai situs Islam yang terserak di berbagai titik lokasi. Beberapa komplek yang sempat dikunjungi diantaranya Situs Mahligai, Situs Ambar, Situs Tuan Ibrahim Syah, Situs Tuan Machdum, Situs Syekh Mahmud Papan Tinggi yang kesemuanya berada di Kota Barus. Tim juga berkesempatan mengunjungi Tugu Titik Nol Islam Nusantara Ps. Batu Gerigis, Kec. Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 27 Maret 2017.
Dalam perjalanan muhibahnya, Ramli M.Ag bersama tim melanjutkan perjalanan ke arah Sibolga menuju Museum Fanshuri Situs Bongal yang terletak di ujung jalan Desa Jago Jago Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah sekitar 2 jam perjalanan roda empat dari Barus.
Dalam kesempatan tersebut tim belum menemukan manuskrip Syekh Hamzah Fansuri secara eksplisit kecuali selembar catatan mengenai silsilah penganut tarekat Syatariyah di Kawasan Barus Raya yang diperoleh dari Ustadz Uzi Hasibuan. Namun, keberlimpahan situs makam dengan aneka corak dan motif dengan inkripsi-inkripsi indah menunjukkan satu kesimpulan bahwa peradaban Islam telah pernah ada dalam waktu yang lama di kota tersebut. Bahkan ketika mengunjungi Museum Situs Bongal di Kabupaten Bidari, tim juga melihat koin dari masa Khalifah Mu’awiyah yang menunjukan minimal kontak dagang dengan komunitas Muslim telah ada sejak abad pertama atau kedua hijriah. Hanya saja patut disayangkan, bahwa situs-situs tersebut masih jauh dari pemeliharaan yang layak. Belum lagi begitu banyak nisan yang dipindahkan dan ditumpuk begitu saja dengan kemungkinan hilang atau dirusak yang tinggi. Menurut Ramli M.Ag, perlu perhatian yang lebih dalam lagi dari komunitas akademik, pencinta sejarah maupun pemerintah dan masyarakat untuk memelihara warisan khazanah situs masa lalu yang sangat bernilai harganya.
